Beritaindonesia.id–Amerika Serikat terang-terangan menuduh para pelaku peretasan yang memiliki hubungan dengan Tiongkok dan membobol data organisasi AS yang melakukan penelitian Covid-19, bermaksud mencuri data tentang penelitian tersebut. Pejabat AS pada akhirnya memperingatkan para ilmuwan dan otoritas kesehatan masyarakat untuk mewaspadai pencurian siber.
Dalam sebuah pernyataan bersama, FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan sedang menyelidiki pembobolan digital di organisasi AS oleh pelaku pencurian siber yang berhubungan dengan Tiongkok.
Berdasarkan pemantauan, pelaku pencurian siber berusaha mengidentifikasi dan secara ilegal memperoleh kekayaan intelektual yang berharga (IP) dan data kesehatan masyarakat terkait dengan vaksin, perawatan, dan pengujian dari jaringan dan pihak yang berafiliasi dengan penelitian COVID-19. Pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang identitas target atau peretas.
Sementara itu, Kedutaan Besar Tiongkok di Washington mengutuk tuduhan itu sebagai sebuah kebohongan. “FBI mengeluarkan peringatan berdasarkan praduga bersalah dan tanpa bukti,” kata kedutaan dalam pernyataan tertulis seperti dilansir Reuters.
Kedubes Tiongkok untuk AS juga menambahkan tuduhan AS sama halnya memotong kerja sama internasional yang sedang berlangsung untuk melawan pandemi Covid-19.
Penelitian dan data terkait Covid-19 telah muncul sebagai prioritas intelijen utama bagi peretas dari semua kalangan. Organisasi intelijen Barat telah berulang kali membunyikan tanda bahaya terhadap penargetan organisasi kesehatan masyarakat dan farmasi.
Dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan sebelumnya pada Rabu (13/5), kepala badan intelijen Selandia Baru mengutuk setiap upaya yang menargetkan infrastruktur penelitian Covid-19. “Kami menyerukan semua pelaku dunia maya untuk menahan diri dari aktivitas yang dapat membahayakan respons nasional atau internasional terhadap pandemi Covid-19,” sebut Andrew Hampton, Direktur Jenderal Biro Komunikasi Pemerintah Selandia Baru.
Pekan lalu, Reuters melaporkan bahwa mata-mata siber yang memiliki hubungan dengan Iran menargetkan staf di perusahaan obat AS, Gilead Sciences Inc. Obat tersebut terbukti membantu pasien Covid-19. Pada Maret dan April, Reuters melaporkan upaya peretas tingkat lanjut untuk membobol Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketika pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh dunia. [jpc]