Beritaindonesia.id, NEW YORK — Kritik untuk Presiden AS Donald Trump terkait dengan penanganan demo pasca kematian George Floyd terus mengalir. Terbaru, tokoh-tokoh militer menyuarakan pendapat. Mereka tak setuju sang taipan memanfaatkan tentara untuk kepentingan politiknya.
Salah satu yang bicara adalah James Mattis, mantan menteri pertahanan AS. Komentar purnawirawan itu langsung menyerang Trump. Dia menyebut Trump sebagai presiden terburuk AS yang pernah dirinya tahu.
’’Donald Trump adalah presiden pertama yang tak berupaya mempersatukan rakyat Amerika. Dia malah ingin memecahnya,’’ jelasnya dalam artikel opini yang dirilis The Atlantic.
lumnus korps marinir AS tersebut menyatakan, perintah rezim Trump terhadap militer merupakan dosa besar. Sebab, semua tentara disumpah untuk melindungi konstitusi AS. Namun, ayah Ivanka itu justru menggunakan personel militer untuk merusak hak amandemen pertama. Yakni, hak berbicara, berkumpul, serta mengkritik pemerintah.
’’Sekarang kita yang melanggar hak konstitusional dari sesama warga AS. Itu sama saja mengadu domba militer dengan warga sipil,’’ katanya.
Jenderal purnawirawan John Allen ikut bersuara. Mantan komandan pasukan AS di Afghanistan itu juga menulis artikel di Foreign Policy. Dia menyoroti peristiwa ketika aparat membubarkan paksa demonstran dengan peluru karet dan gas air mata agar Trump bisa melakukan sesi foto di Gereja St John.
’’Tidak cukup merenggut hak para demonstran. Sesi foto ini juga ingin memakai unsur agama untuk membenarkan keputusannya (Trump, Red),’’ paparnya.
Munculnya tokoh-tokoh militer diasumsikan media sebagai momen vital. Sebab, tokoh militer yang sudah pensiun dikabarkan masih terikat erat dengan teman seperjuangannya di Pentagon. Apalagi, Mattis sempat menegaskan tak ingin terlibat politik lagi setelah mundur dari jabatannya pada 2018.
Spekulasi yang beredar, pejabat militer yang aktif memanfaatkan teman-teman mereka yang sudah pensiun sebagai corong. Artinya, Mattis dan Allen sebenarnya menyampaikan sikap pejabat militer yang aktif.
Sampai saat ini, memang belum ada pejabat militer aktif yang mengeluarkan kritikan tajam. Namun, Menteri Pertahanan AS Mark Esper sudah melawan keinginan Trump. Dalam konferensi pers Rabu (3/6), Esper menuturkan bahwa pengerahan pasukan militer hanya akan digunakan pada saat-saat mendesak.
’’Kita tidak berada dalam situasi tersebut (mendesak, Red). Saya tak mendukung pemberlakuan Undang-Undang Pemberontakan,’’ katanya menurut CNN.
Menurut sumber internal Gedung Putih, Trump marah besar pasca pernyataan Esper. Jika emosi Trump memuncak, Esper bisa jadi pejabat terbaru yang dipecat karena terbukti tak setia. ’’Sampai saat ini, menteri pertahanan AS masih Esper,’’ jelas Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany. Komentar McEnany terkesan bahwa posisi Esper tak lagi aman.
Di media sosial, Trump berusaha menyerang balik Mattis. Dia menyebut Mattis sebagai jenderal yang tak becus mengurus militer. Karena itu, dia mengklaim telah memecatnya. ’’Dia lebih ahli soal komunikasi publik daripada soal militer. Dia jarang bisa mencapai target yang sudah saya minta,’’ ungkap Trump.
Sementara itu, mantan Presiden Barack Obama ikut mendukung para pendemo yang sedang beraksi di jalan. Dia mengingatkan bahwa demo bukanlah hal yang harus segera ditumpas. (jpc/fajar)