Beritaindonesia.id — Penduduk lansia terus bertambah, tapi angka kelahiran justru menurun. Meski usia panjang adalah berkah, bagi Jepang berkah itu bisa jadi musibah.
Untuk kali pertama dalam sejarah, warga yang berusia 100 tahun ke atas (centenarian) telah melebihi angka 80 ribu jiwa di Jepang.
“Sebanyak 88,2 persennya adalah perempuan,” bunyi data yang dirilis Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang seperti dikutip Japan Times, Selasa (15/9).
Angka tahun ini naik 9.176 jiwa jika dibandingkan dengan tahun lalu. Centenarian laki-laki naik 1.011 jiwa dan perempuan bertambah 8.165 jiwa. Prefektur Shimane tercatat memiliki centenarian terbanyak selama delapan tahun berturut-turut. Tahun ini jumlahnya 127,60 per 100 ribu penduduk. Disusul Prefektur Kochi dengan 119,77 per 100 ribu penduduk dan Prefektur Tottori 109,89 per 100 ribu penduduk.
Selama lima dekade ini, jumlah centenarian di Jepang memang terus naik. Tapi, tahun ini adalah yang tertinggi. Salah satu faktor yang membuat penduduk panjang umur adalah kian majunya teknologi bidang kesehatan.
Survei pada centenarian dilakukan sejak 1963. Saat itu jumlah mereka masih 153 orang. Pada 1981 sudah tembus seribu orang dan 1988 angkanya lebih dari 10 ribu. Angka rata-rata harapan hidup di Jepang pada 2019 untuk perempuan adalah 87,45 tahun dan laki-laki 81,41 tahun.