Beritaindonesia.id — Pengunduran diri Staf Khusus (Stafsus) Kepresidenan, Andi Taufan Garuda Putra, kembali memunculkan persepsi. Kali ini Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, menilai, pengunduran diri staf khusus milenial menghadirkan kecurigaan.
Pasalnya, pendiri Amartha itu mundur setelah stafsus lain sekaligus Pendiri Ruang Guru, Adamas Belva Syah Devara melakukan hal yang sama.
Saleh mengatakan, apa pun alasan formal yang disampaikan di balik pengunduran diri itu, tetap saja ada kesan bahwa ada sesuatu yang tidak baik sedang terjadi di lingkungan staf kepresidenan.
“Logikanya, kalau semua baik-baik saja kan tidak perlu mengundurkan diri. Bekerja saja sebagaimana biasanya. Selama ini juga begitu. Publik juga tidak banyak menyoroti dan mempersoalkan kinerja mereka,” ucap Saleh di Jakarta, Jumat (24/4).
Namun harus diakui, belakangan ini para stafsus milenial presiden banyak mendapat sorotan. Terutama bagi mereka yang terkesan menggunakan posisinya untuk mengerjakan proyek dan kegiatan pemerintah.
Dalam konteks itu, kata politikus PAN ini, yang dipersoalkan publik bukanlah posisinya sebagai stafsus, tetapi lebih pada kesan adanya pemanfaatan posisi tersebut yang tidak sesuai dengan yang semestinya.
“Staf khusus itu kan semestinya bertugas memberikan masukan kepada presiden terkait hal-hal aktual yang baik dan penting untuk dikerjakan. Dia bukanlah pejabat eksekutif yang bertugas mengerjakan proyek pemerintah. Maka, jika ada upaya ingin masuk ke pekerjaan teknis, tentu itu akan dipersoalkan publik,” tandasnya.
Diketahui, sosok Andi Taufan menjadi gunjingan publik pascalangkahnya menyurati camat se-Indonesia. Dalam surat itu Taufan meminta camat melibatkan perusahaannya sendiri, PT Amartha Mikro Fintek dalam penanganan virus Corona (Covid-19).
Namun masalah ini tidak disinggung sedikitpun oleh Taufan dalam pernyataan pengunduran dirinya sebagai stafsus. (jpnn)