Beritaindonesia.id, BEIJING – Ketakutan warga Tiongkok terhadap ancaman virus corona sudah tinggi. Terlebih, sudah banyak juga warga yang mulai frustrasi untuk mendapatkan obat untuk mencegah virus corona. Pasalnya, penyebaran virus lebih cepat dari ketersediaan obat serta kesiapan fasilitas medis.
Mereka pun mulai memburu obat ke penderita HIV atau mencari ke importir obat ilegal. Meskipun belum ada bukti uji klinis, Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan obat HIV yakni lopinavir/ritonavir dapat digunakan bagi pasien virus korona.
Otoritas kesehatan China menyatakan, belum ada obat efektif untuk menangani virus yang telah merenggut 636 nyawa itu.
Obat Kaletra atau Aluvia versi lopinavir/ritonavir yang tidak dipatenkan oleh produsen AbbVie dan satu-satunya versi yang diperdagangkan di China pun diserbu. Biasanya obat ini digunakan untuk mengobati dan mencegah HIV dan AIDS.
Devy (38), seorang pekerja lepas di Provinsi Shandong, merupakan salah satu warga yang mencarinya. Dia khawatir telah tertular virus korona setelah dokter menemukan gejala-gejala pneumonia serta demam dan mual, meskipun hasil pemeriksaan negatif. Dia juga tidak bepergian ke Kota Wuhan atau Provinsi Hubei, pusat epidemi virus korona.
Dia mendengar dari temannya, bahwa seorang pria penderita HIV menawarkan Kaletra secara gratis kepada orang yang diduga terinfeksi virus korona.
“Ketika Anda ditinggalkan sendiri, melihat bayangan kematian dari jauh, saya rasa tidak ada seorang pun bisa merasa tenang,” kata Devy, dikutip dari Reuters, Kamis (6/2).
“Anda bisa mencoba berbagai hal untuk menyelamatkan dirimu kan?” kata dia.
Tingginya minat terhadap obat-obatan itu juga membuka peluang ekonomi. Gatsby Fang, agen obat Cina, mengaku telah memesan Kaletra versi generik dari India pada 23 Januari.
Dia menjual setiap botol Kaletra seharga 600 yuan atau bsekitar Rp1,1 juta dengan keuntungan 200-300 yuan per botol. Obat itu terjual habis dalam 2 hari.
Konsumennya termasuk pasien yang terinfeksi, dokter-dokter yang praktik di Hubei, serta mereka yang tidak membutuhkan obat namun berpikir sebagai langkah preventif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa belum ada pengobatan yang efektif untuk melawan virus corona, termasuk obat bagi penderita HIV. (der/rts/fin)