Beritaindonesia.id, JAKARTA –– Presiden Amerika Serikat Donald Trump menilai penyebaran virus Korona jenis baru sama seperti flu biasa. Dalam kicauannya, Trump menyebut bahwa flu biasa pun bisa menimbulkan kasus kematian. Dan, buktinya dunia khususnya AS masih bisa mengendalikan kasus flu biasa setiap tahun.
Hanya saja, menurut ahli kesehatan, Trump dinilai telah meremehkan penyakit tersebut sejak virus itu menyerang AS awal tahun ini. Tuduhan itu berlanjut pada Senin (9/3) ketika Trump tampaknya menilai bahwa virus Korona telah dibesar-besarkan.
“Jadi tahun lalu 37 ribu orang Amerika meninggal karena flu biasa,” tulis Trump dalam kicauannya.
“Rata-rata antara 27 ribu dan 70 ribu kasus per tahun. Tidak ada yang ditutup, kehidupan dan ekonomi terus berjalan. Saat ini ada 546 kasus yang dikonfirmasi dari Coronavirus, dengan 22 kasus kematian. Pikirkan itu!,” tukas Trump.
Tweet itu muncul ketika saham AS anjlok karena kekhawatiran akan virus tersebut. Perbandingan seorang presiden terhadap kedua penyakit virus itu dianggap salah paham tentang implikasi Coronavirus baru, yang telah menyebar ke lebih dari 70 negara. Tak bisa dibandingkan wabah musiman menurut para pakar kesehatan masyarakat.
Memang, kedua penyakit virus ini memiliki gejala yang sama (demam, lemas, dan batuk kering), dan penyebarannya juga sama (melalui pernapasan). Meski begitu, wabah ini harus dilihat dan diselesaikan dengan sangat berbeda.
“Memang benar, bahwa pada saat ini, setiap orang di AS lebih mungkin tertular flu daripada virus Korona, tetapi ini pada dasarnya sudah jadi pandemi yang menyebar ke seluruh dunia,” kata Ahli Kesehatan dan Profesor Kesehatan Masyarakat di Universitas George Washington di AS dr Leana Wen seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (10/3).
“Anda tidak dapat membandingkan dampak atau efek potensial dari Coronavirus ini dengan flu, karena ini adalah virus baru yang menyebar di seluruh dunia yang tidak ada vaksin atau pengobatannya,” tegas Wen.
Kondisi itu tak bisa menjamin adanya wabah musiman yang terus menyebar. “Kami belum tahu tentang lintasan penyakit, seberapa parah itu akan terjadi, dan berapa banyak yang akan menyebar,” katanya.
Di AS, setidaknya delapan negara bagian telah menyatakan keadaan darurat atas virus Korona pada Senin (9/3) menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Tidak ada vaksin atau protokol pengobatan yang ditetapkan untuk virus Korona.
“Ketika Anda berpikir tentang bagaimana kami menghentikan penyebaran penyakit, pencegahan adalah kuncinya, dan perawatan juga sangat penting,” kata Wen.
“Diperlukan setidaknya satu tahun, hingga satu setengah tahun untuk mengembangkan vaksin Coronavirus. Sementara uji coba untuk pengobatan sedang berlangsung,” pungkas Wen. (BCC/JPG)