Beritaindonesia.id – Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Tito Karnavian, menyebut perbatasan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai jalur eksodus tradisional pelaku teror Indonesia menuju Marawi, Filipina.
Hal itu ia sampaikan saat membuka acara Rakornas Pengamanan Perbatasan Negara di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (11/3/2020). “Ini Kaltara-nya belum ada PLBN [Pos Lintas Batas Negara], padahal lalu lintas cukup tinggi di sana, jalur tradisional pelaku teror juga dari Indonesia,” kata Tito, yang juga menjabat Menteri Dalam Negeri.
Kata dia, rute ilegal teroris asal Indonesia untuk masuk Filipina bergabung dengan ISIS melalui jalan tikus yang tersebar di Kabupaten Nunukan, Kaltara. Dari jalur tikus itu, mereka menyeberangi perbatasan Indonesia dan Malaysia menuju wilayah Tawau, Sabah Malaysia.
Setelah singgah di Tawau, kata Tito, mereka melanjutkan perjalanan menuju Kepulauan Tawi-tawi, Filipina. Tujuan akhirnya adalah di Marawi, Pulau Mindanao, Filipina. “Itu mereka naik terus ke Sabah sampai masuk ke Tawi-tawi Mindanau,” jelas Tito.
Melihat persoalan itu, Tito menyatakan pemerintah kini tengah membangun 11 PLBN di wilayah perbatasan Indonesia berdasarkan Inpres Nomor 1 Tahun 2019.
Empat dari 11 PLBN itu, kata Tito, secara khusus dibangun di Kalimantan Utara. Hal itu bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan di wilayah perbatasan seperti eksodus para teroris.
Tito merinci tiga PLBN itu didirikan di wilayah Long Midang, Labang dan Sei Nyamuk di Kabupaten Nunukan. Serta 1 PLBN dibangun di wilayah Long Nawang Kabupaten Malinau. “Dua PLBN di Kaltara itu masuk prioritas gelombang pertama dan dua lagi prioritas masuk gelombang kedua,” kata dia.[ab]