Beritaindonesia.id, JAKARTA – Ahli kesehatan publik Dono Widiatmoko punya saran untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan masyarakat Indonesia dalam menghadapi penyebaran virus corona (COVID-19) yang kini menjadi pandemi global. Senior lecturer in public health di University of Derby, Inggris itu punya saran soal lockdown ataupun karantina parsial.
Dono mengatakan, setiap negara menerapkan kebijakan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi di negara tersebut. Sampai saat ini di Indonesia belum ada daerah yang dikarantina atau lockdown parsial.
“Keputusan karantina bisa diambil jika risiko penularan sudah sangat besar dan hanya itu cara yang bisa digunakan untuk menurunkan infeksi baru di masyarakat. Tidak semua negara memberlakukan lockdown, baik parsial maupun secara nasional,” ujarnya.
Berikut ini saya sarikan dalam bahasa sederhana apa yang kita tahu sampai saat ini, dan bagaimana respon kita pada masalah ini.
COVID-19 adalah penyakit yang mudah menular pada orang lain. Mereka yang terinfeksi virus Corona 19 ini sebagian besar hanya akan mengalami gejala ringan seperti demam yang dengan istirahat yang cukup, pengobatan sederhana, umumnya akan sembuh dengan baik.
Alumnus Universitas Indonesia yang kini tinggal di Manchester itu juga menyarankan agar pemerintah bisa mengomunikasikan pesan pencegahan dan penanggulangan COVID-19 secara sederhana dan mudah dipahami masyarakat. Tujuannya adalah menghindari munculnya kesimpangsiuran informasi di masyarakat.
“Idealnya hanya ada satu sumber informasi yang bisa dijadikan rujukan oleh masyarakat, tepatnya mungkin website yang mudah diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini,” tuturnya.
Dono menjelaskan, COVID-19 adalah penyakit yang mudah menular pada orang lain. Sebagian besar dari yang terinfeksi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti demam yang sembuh karena yang cukup dan pengobatan sederhana.
Namun demikian, tutur Dono, dampak yang lebih berat akibat COVID-19 bisa terjadi pada pasien berusia lanjut dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, maupun penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease COPD. “Gejala dan dampaknya bisa lebih berat,” paparnya.
Dono menambahkan, sampai saat ini peneliti kesehatan masih memperdalam pengetahuan tentang COVID-19. “Informasi yang ada selama ini umumnya diambil dari pengalaman penyakit virus corona sejenis di masa lalu, yakni SARS dan MERS,” tuturnya.
Oleh karena itu Dono juga punya saran untuk masyarakat dalam rangka menangkal COVID-10. Pertama, masyarakat sebaiknya menjaga asupan gizi yang baik dan tetap aktif beraktivitas fisik untuk menjaga kondisi kesehatan.
“Ketua, mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin, utamanya jika pergi ke area publik,” sebutnya.
Ketiga adalah menghindari paparan potensi virus dengan mengurangi kontak dengan penderita atau mereka yang berisiko tinggi. Keempat, mengurangi kunjungan ke tempat dan kegiatan yang berpotensi menjadi ajang penularan, seperti pusat keramaian umum.
Kelima, warga yang merasa tidak enak badan, demam, batuk, sebaiknya segera mengisolasi diri dengan mengurangi kontak dengan orang lain (social distancing). “Gunakan masker jika berinteraksi dengan orang lain,” ujar Dono.
Keenam adalah menerapkan etika ketika batuk. “Jika batuk, gunakan tisu untuk menutupi mulut dan segera buang ke tempat sampah yang tertutup. Jangan membuang dahak sembarangan,” sambungnya.
Dono menambahkan, upaya higiene di fasilitas kesehatan dan fasilitas umum perlu ditingkatkan. “Disinfeksi rutin perlu dilakukan lebih sering sesuai dengan besarnya paparan pada aktivitas warga dan pasien,” katanya.(ara/jpnn/fajar)