Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kepulauan Riau (Kepri) 2020, hasil Survei yang beredar di banyak kalangan menyebutkan bahwa elektabilitas Soerya Respationo anjlok dibandingkan pesaing lainnya.
Salah satunya hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei Sinergi Data Indonesia (SDI) yang digelar pada bulan Januari 2020 lalu menyebut bahwa elektabilitas Soerya Respationo merosot jauh dibawah tiga peringkat besar.
SDI menyebut bahwa Ismeth Abdullah dengan eletabilitas 17,50 persen, disusul Ansar Ahmad 10,75 persen, dan Isdianto 4,75 persen. Sedangkan kandidat lainnya masih jauh, seperti Soerya Respationo di angka 2,25 persen.
Tidak hanya SDI, sebelumnya Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada Desember 2019 lalu dengan 1.600 responden, juga menyebutkan bahwa elektabilitas Muhammad Rudi di angka 30,5 persen lalu disusul Ansar Ahmad di kisaran 25,5 persen, kemudian Soerya Respationo di angka 12,7 persen.
Selain itu, baru-bari ini Lembaga Indo Survey & Strategy juga melaporkan bahwa jika hari ini Soerya berpasangan Isdianto, Rudi-Ansar Ahmad, Ismet-Fauzi Bahar dan Soerya-Rafiq. maka, Soerya malah lebih diuntungkan dan mendapatkan peringkat paling atas, sebesar 12,95 persen.
Menanggapi hal tersebut, Analis politik Indira Nainggolan mengatakan, bahwa jika melihat perolehan beberapa hasil survei tersebut, Soerya Respationo mengalami penurunan elektabilitas yang sangat drastis. Dan ini berbeda jauh dibandingkan dengan Pilkada 2015 lalu.
“Jika menarik regresi linear dari data-data hasil Survei tersebut, dapat diprediksi Soerya Respationo bisa kalah di Pilgub 2020, itu karena modal elektabilitasnya sekarang ini maksimal di angka 12 persen dan yang terkecil di angka 2 persen. Ini jelas alarm bahaya,” kata Indira, saat diwawancarai awak media di kawasan Batam Center, Kota Batam, Senin (10/02/2020).
Indira juga menyampaikan, jika melihat Pilkada 5 tahun lalu, sangat jauh elekabilitasnya. Pada Pilkada tahun 2015 lalu, Survei Indonesia Network Election Survey (INES) menyebut bahwa Soeya Respationo sangat unggul dengan angka 31,3 persen.
Selain INES, hasil Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Lembaga Survei Kebijakan Publik (LSKP) juga menyebut bahwa elektabilitas Soerya di angka 24,5 persen mengungguli pesaingnya Muhammad Sani dan Ansar Ahmad.
“Jika melihat perbandingan hasil Survei pada Pilkada tahun 2020 dengan 2015 lalu, elektabilitas Soerya saat ini jelas meredup dan peluang kalahnya di Pilgub Kepri 2020 ini jadi sangat terbuka,” kata Indira.
Kendati di Pilkada 2020 ini belum ada satupun pasangan yang melakukan deklarasi, namun imbuh Indira, jika merujuk termuan beberapa hasil Survei tersebut maka hasilnya tidak akan terpaut jauh.
Dibeberapa kabar media, Soerya juga sempat diklaim bahwa hasil surveinya sangat bagus dan unggul dari pesaingnya, namun hal tersebut tidak seperti temuan beberapa lembaga Survei lainnya yang menyebut elektabilitasnya sangat buruk. Apalagi jika membandingkan dengan perolehan di pilkada 2015 lalu.
“Meski hari ini Soerya mengklaim hasil surveinya bagus dan unggul, tetap saja beberapa perbandingan hasil Survei lainnya menyatakan kecil elektabilitasnya, perbandingan temuan lembaga Survei tidak akan terpaut jauh,” pungkasnya.[]