Beritaindonesia.id, MAKASSAR — Salah satu penyebab kekerasan terhadap perempuan di Wilayah Indonesia bagian Timur disebabkan karena faktor ekonomi.
Hal itu diungkapkan Ketua Paralegal Kabupaten Timor Tengah Urata, Irmina Nule, yang juga petani perempuan pada konferensi Perempuan Timur 2020, Kamis (27/8/2020).
Menurutnya, dalam berumah tangga, kekerasan sering terjadi karena faktor ekonomi yang minim. Untuk itu, ia mengatakan, inisiasi petani perempuan sebagai alat membangun ketahanan pangan.
“Perempuan dituntut berperan aktif dalam membangun pertahanan pangan dalam keluarganya. Dan, saya salah satu korban kekerasan karena faktor ekonomi. Tidak hanya saya yang mengalami, tapi ada dua tiga orang yang mengalami hal yang sama, mereka ditindas karena ekonomi,” jelasnya.
Ia menuturkan, pihaknya telah membentuk organisasi perempuan yakni Kelompok Wanita Tani (KWT) yang bertujuan untuk menopang ekonomi keluarga dengan cara menanam berbagai sayuran.
“Menanam sayur adalah salah satu usaha untuk meningkatkan ekonomi dalam keluarga dan memang pada saat itu SDM masih kurang,” ungkap Irmina.
Kendati begitu, pada tahun 2013 Kelompok Wanita Tani mulai lebih mengembangkan produktifitasnya saat bergabung dengan Program MAMPU yakni program yang diinisiasi Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia yang juga bekerjasama dengan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) dan Forum Pengada Layanan (FPL) di bidang pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.
(Fajar)