Beritaindonesia.id, TOKYO– Jumlah penumpang kapal Diamond Princess yang terinfeksi virus korona terus bertambah. Hingga kemarin, 356 orang dinyatakan positif terinfeksi virus asal Wuhan, Tiongkok, itu. Jumlah tersebut membuat Diamond Princess menjadi tempat pertama di luar Tiongkok yang memiliki penderita virus korona terbesar.
Jumlah penumpang yang terinfeksi diperkirakan bakal terus bertambah. Sebab, kapal pesiar itu mengangkut 3.711 orang. Meski demikian, rencana pemulangan 78 WNI yang bekerja sebagai kru di kapal tersebut belum pasti.
Diamond Princess merapat di Pelabuhan Yokohama, Jepang, pada 3 Februari.
Pemerintah Jepang memutuskan mengarantina semua orang di kapal tersebut setelah menemukan penumpang terjangkit virus korona. Sesuai rencana semula, karantina berakhir pada 19 Februari atau lusa. Namun, bisa jadi karantina diperpanjang karena pemeriksaan kesehatan belum tuntas. Karena itu, beberapa negara kini memutuskan untuk menjemput warganya yang ”terjebak” di kapal tersebut. Misalnya, Amerika Serikat, Hongkong, Italia, dan Korea Selatan.
Dilansir The Guardian, negara-negara tersebut akan menggunakan pesawat carter untuk menjemput warganya. Lantas, bagaimana dengan pemerintah Indonesia? Plt Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada Jawa Pos kemarin (16/2) mengatakan, otoritas kesehatan Jepang setiap hari mengecek kondisi kesehatan 78 WNI tersebut. ”Kondisi mereka baik dan sehat sembari terus bekerja,” terangnya.
Kemenlu bersama Kementerian Perhubungan sudah melakukan rapat untuk membahas kepulangan para WNI tersebut ketika masa karantina berakhir. Faiza –sapaan akrab Teuku Faizasyah– menuturkan bahwa keputusan untuk pulang dikembalikan kepada setiap kru. Sebab, mereka terikat dengan kontrak kerja. Para kru kapal yang kontraknya habis atau segera habis akan difasilitasi untuk pulang melalui kerja sama dengan agensi yang merekrut. Mengingat, ada tanggung jawab agensi yang melekat selama para kru masih bekerja.
Faiza menyatakan, 78 kru WNI tersebut ketika kembali ke tanah air bisa langsung pulang ke daerah asal masing-masing. ”Mengacu pada standar WHO, kalau sudah melewati 14 hari karantina bisa kembali langsung ke daerah asalnya,” papar mantan staf khusus hubungan luar negeri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Pada bagian lain, Menko PMK Muhadjir Effendy menyarankan agar seluruh WNI di kapal pesiar tersebut segera dievakuasi. Sebab, ada risiko penularan Covid-19. ”Hanya saja keadaan mereka lebih terjamin dibanding WNI yang dari Provinsi Hubei (Tiongkok),” ucapnya kemarin. Meski demikian, Muhadjir menuturkan, belum ada pembicaraan khusus untuk mengevakuasi 78 WNI tersebut. Menurut dia, itu harus dibicarakan dengan Kemenlu dan Kemenkum HAM.
Di sisi lain, Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Anung Sugihantono mengatakan telah berkomunikasi dengan Kemenlu soal penanganan 78 WNI di Jepang itu. Sebab, ada rencana evakuasi. ”Rencana ini muncul karena Amerika juga berencana mengevakuasi warganya,” tutur Anung.
Dia menyatakan, jika keluar dari Princess Diamond sebelum masa isolasi berakhir, 78 WNI itu harus diobservasi. Hal tersebut sama dengan yang dilakukan pada 238 WNI dari Hubei yang harus menjalani observasi selama 14 hari di Natuna. Namun, jika mereka dievakuasi setelah masa isolasi, 78 kru tersebut bisa diperlakukan selayaknya orang sehat lainnya.
Terima Kasih untuk Warga Natuna
SELAMAT DATANG: Sejumlah keluarga dari peserta observasi di Natuna mengangkat tulisan “Welcome Home” di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2). Kemarin para peserta observasi bisa pulang setelah 14 hari dikarantina. (HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS)
Sementara itu, pasca kepulangan peserta observasi, Muhadjir sempat bermalam di Natuna. Dia bersama Kepala BNPB Doni Monardo bertemu dengan masyarakat Natuna. ’’Semalam kami bersilaturahmi dengan masyarakat Natuna sekaligus berterima kasih atas dukungan mereka,’’ kata Muhadjir.
Menurut dia, Natuna berperan penting dalam penanggulangan bencana, khususnya pencegahan persebaran virus Covid-19 di Indonesia. Atas keberhasilan dan peran penting Natuna, pemerintah pusat akan berfokus memajukan Natuna, khususnya dari segi perekonomian. Hal tersebut sesuai dengan visi Presiden Jokowi, yaitu membangun dari pinggir.
Muhadjir menyatakan, laut Natuna adalah gudangnya ikan segar. Pemerintah bakal memfokuskan pengembangan ekspor ikan segar ke luar negeri. Menurut dia, pemerintah pusat akan merancang dan merencanakan kerangka kebijakan untuk meningkatkan peran ekonomi Natuna. Misalnya, memperpanjang runway dan mempertebal landasan pacu bandar udara (bandara). Dengan begitu, pesawat-pesawat berbadan besar bisa masuk ke wilayah Natuna.
’’Kalau bisa, nanti statusnya kami buat sebagai bandara internasional sehingga pesawat kargo bisa mengangkut ikan dalam waktu singkat, bisa langsung dibawa ke internasional,’’ tutur Muhadjir.
Sebelumnya, Doni Monardo mengakui bahwa sempat ada kesalahpahaman saat WNI dari Hubei diobservasi di Natuna. Pemicunya adalah disinformasi tentang pemulangan WNI dari Hubei.
Pada bagian lain, World Health Organization (WHO) mengapresiasi penanganan Covid-19 di Indonesia. WHO Representative for Indonesia Paranietharan menuturkan bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat baik dalam menangani dan melayani mereka yang dievakuasi dari Tiongkok.
Paranietharan menambahkan, penanganan itu sudah melalui proses yang tepat sesuai dengan rekomendasi protokoler WHO. Dia juga mengingatkan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kehadiran mereka yang kembali pulang ke kampung halaman. ’’Mereka telah melalui prosedur yang ditaati dan dilaksanakan dengan baik. Bisa dipastikan, peserta observasi ini sehat. Kami jamin dan pastikan mereka sehat,’’ kata Paranietharan. (jpc/fajar)