Beritaindonesia.id,DENPASAR– Jumlah pasien yang positif terinfeksi virus Korona atau Covid (Corona Virus Desease)-19 terus bertambah jumlahnya. Bahkan, satu pasien di antaranya, kode 25, meninggal dalam status pengawasan di RS Sanglah. Pasien itu seorang WNA (Warga Negara Asing) berjenis kelamin perempuan berusia 53 tahun.
Pasien meninggal, Rabu dini hari (11/3) pada pukul 02.45. Pada hari yang sama, pukul 12.30, jenazahnya langsung dikremasikan di Pemakaman Mumbul, Badung. Ini adalah korban Korona pertama di Indonesia yang meninggal yang diumumkan secara resmi. Korban meninggal di RS Sanglah.
Dalam keterangan persnya, Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Corona Virus Desease (Covid-19) Provinsi Bali yang juga Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menyebutkan bahwa sampai dengan pasien tersebut meninggal, statusnya masih dalam pengawasan.
“Karena itu, Rabu kemarin, kami ingin mendapatkan konfirmasi dari Jakarta. Karena sampai dengan sore kemarin (sebelum pasien itu meninggal), belum menerima hasil tes laboratorium,” jelas Dewa Indra.
Dalam keterangan yang diperoleh langsung dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Achmad Yurianto, yang juga jubir penanganan Covid-19, pasien WNA yang meninggal dalam status pengawasan di RS Sanglah itu merupakan pasien kode 25 yang positif terinfeksi Covid-19.
“Pasien yang meninggal ini adalah kasus nomor 25 yang positif Covid-19 seperti disampaikan tadi malam (Selasa,10/3). Tapi kami kan belum terima hasilnya (tes lab). Meskipun infonya baru kami terima, tetapi penanganan jenazahnya sudah kami lakukan sesuai protap untuk mengantisipasi kemungkinan penularan kepada orang lain,” tegasnya.
Selain positif Covid-19, dia menegaskan, pasien ini juga memiliki beberapa penyakit bawaan, di antaranya diabetes melitus, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru menahun.
“Ada empat penyakit bawaan yang cukup lama di derita pasien ini. Saya ulangi, di antaranya diabetes melitus, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru menahun. Dan yang kelima karena gejala-gejalanya dekat dengan penyakit yang sedang berkembang sekarang, maka dia dalam pengawasan Covid-19,” imbuhnya.
Karena pasien tersebut meninggal dalam status penanganan, sambungnya, penanganan jenazahnya dilakukan sesuai protap penanganan jenazah untuk orang yang terinfeksi penyakit menular.
Dia juga mengungkapkan bahwa pasien itu mulai masuk ke Bali pada 29 Februari 2020. Lalu, pada 3 Maret 2020, pasien itu mengalami demam. Oleh keluarganya yang kini turut diisolasi di RS Sanglah, pasien itu dibawa ke salah satu rumah sakit swasta di Bali.
“Karena dari tanggal 3 sampai 8 Maret pasien itu belum menunjukkan tanda-tanda ke arah yang lebih sehat, maka dirujuk ke RS Sanglah mulai 9 Maret 2020,” bebernya.
Dari perjalanan tersebut, lanjutnya, dilakukan contact tracing atau penelusuran terhadap orang-orang yang sempat kontak dengan pasien itu. Mulai dari tiba di Bali sampai dengan diisolasi di RS Sanglah.
“Kami sudah menemukan datanya. Semua orang-orang itu sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan. Mereka diistirahatkan di rumah (karantina). Dan sudah diambil swab-nya untuk uji laboratorium, untuk dikirim ke Jakarta,” jelasnya.
Berdasarkan penelusuran, ada 21 orang yang kini menjalani karantina di rumah. Mulai dari titik baru tiba di Bali sampai dengan di RS Sanglah. “Sampai petugas medisnya juga,” imbuhnya.
Mereka mulai dikarantina sejak 9 Maret 2020 meskipun hasil tes laboratorium menyebutkan pasien kode 25 itu positif terinfeksi Covid-19 pada keesokan harinya. “Karena WNA ini (pasien kode 25) sudah berstatus dalam pengawasan. Jadi tidak perlu menunggu positif dulu. Semuanya kami perlakukan begitu,” tukasnya.
Sejauh ini, menurut Dewa Indra, mereka yang masuk ke dalam 21 orang tersebut, belum ada yang positif. Namun, pihaknya tetap menunggu perkembangan sesuai hasil pemeriksaan laboratorium di Jakarta. Selain itu, kesehatan ke-21 orang ini tetap dipantau oleh tim Tim Survailance Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
“Mereka dikarantina di rumah masing-masing. Tidak boleh ke mana-mana. Diberikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi), termasuk etika batuk dan bersin,” imbuhnya.
Dari ke-21 orang itu, satu di antaranya merupakan suami dari pasien kode 25 ini. Karena menjadi orang yang paling intens kontak, suami pasien tersebut kini juga sedang menjalani isolasi di RS Sanglah.
“Perlu dipahami, dari laporan yang diberikan jubir penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, kasus 25 ini merupakan imported case. Dia tidak kena di Bali. Kemungkinan dia membawanya dari luar,” tegas Dewa Indra, namun ia enggan membeberkan ke negara mana saja pasien kode 25 itu sempat singgah.
Sampai dengan kemarin, jumlah pasien yang berstatus dalam pengawasan serta menjalani isolasi di RS Sanglah sebanyak sembilan orang. Satu di antaranya merupakan suami pasien kode 25. Saat ini, sembilan pasien tersebut masih menjalani proses observasi dan menunggu hasil tes laboratorium yang dikirimkan ke Jakarta.
“Sudah ada 48 orang dalam status pengawasan. Sampel yang sudah keluar sebanyak 38, negatif semuanya. Sisanya sepuluh. Dari sepuluh itu, ada satu positif yang disebut kasus 25 itu. Yang sembilan lagi ini masih menunggu (termasuk suami pasien kode 25),” pungkasnya.
(bx/hai/man/JPR)