Beritaindonesia.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyebutkan pihaknya tengah menyusun strategi untuk mengembangkan bisnis BUMN agar berkesinambungan dan akan menjadi acuan para jajaran direksi dan komisaris dalam mengelola perusahaan pelat merah.
“Ada lima poin utama. Pertama, suka tidak suka BUMN itu kan memang tidak hanya berbisnis tetapi publik service juga harus ada,” ujar Erick saat berbincang dengan awak media, di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (21/02/2020).
Kedua, sambung Erick, inovasi bisnis model. Menurutnya dengan sedemikian banyak BUMN, pihaknya ingin setiap perusahaan mulai fokus dalam industrinya.
“Jadi, kalau di tanya apakah ada super holding? Beda konsepnyanya, sekarang itu ada sub holding. Kalau Super holding kan semuanya di jadiin satu memiliki semua, kalau ini kan klaster. Itu produk yang berbeda. Tetapi pasti ada fokus bisnisnya supaya lebih terkontrol dan bisa lebih kompetitif, karena velue cansnya nyambung dan menciptakan ekspertis dan juga bisa bersaing,” bebernya.
Ketiga, lanjut dia, soal disrupsi. Biasanya, kata Erick, walaupun masing-masing BUMN sudah ada fokus tapi disrupsi teknologi bisa menjadi kendala. Mau tidak mau BUMN harus mengerti dengan teknologi.
“Teknologi apa? Ya teknologi yang ada hubungannya dengan perusahaannya. Contohnya pemanfaatan teknologi untuk batu bara. Batu bara kualitas bagus biasanya cooking coal digunakan untuk industri baja. Batu bara kualitas menengah untuk pembangkit listrik dan kalau kualitas rendah bisa digasifikasi yang menghasilkan methanol. Jadi sayang kalau itu tidak dilakukan,” ucapnya.
Kemudian keempat, kata Erick, terkait investasi. Investasi yang dilakukan BUMN harus jelas hitungannya agar profitabilitasnya tetap terjaga.
“Enggak bisa kan semuanya padamu negeri, ada hitungannya. Urusan padamu negeri tetap dihitung jadi proses bisnisnya harus benar,” tegas Erick.
Terakhir, kata Erick, terkait dengan talenta atau sumber daya BUMN. Menurut Erick pembangunan talenta harus diutamakan karena kerangka kerja BUMN harus menganut prinsip Good Corporate Governance (GCG). “Makanya akhlak penting tapi ga bisa hanya slogan. Pembangunan talenta itu digalakkan makanya kita tunggu Deputi SDM,” pungkasnya.[ab]