Beritaindonesia.id, MAKASSAR — Kekerasan berlatarbelakang agama terus meluas di India. Konflik antara Hindu dan Muslim ini berasal dari pengesahan Undang-undang Kewarganegaraan India (CAB) yang dinilai diskriminatif oleh umat Islam di negara itu.
Pengamat Hubungan Internasional, Zulkhair Burhan menilai, konflik yang mengatasnamakan agama atau isu SARa lainnya tak hanya terjadi di India. Sebagai negara dengan pluralisme terbesar, bibit-bibit konflik seperti itu sangat banyak di Indonesia.
“Kalau isu pokoknya menyangkut identitas atau rasial sangat rentan dengan potensi konflik. Ini harus menjadi perhatian serius pengambil kebijakan termasuk elite politik. Jangan suka melakukan politisasi isu agama atau SARA,” kata Zulkhair kepada Fajar.co.id, Minggu (1/2/2020).
Dosen Universitas Bosowa Makassar ini menyebutkan bahwa kekerasan fisik berbasis agama sangat susah dicarikan penyelesaian masalah. Indonesia pernah beberapa kali mengalami hal seperti itu, konflik di Ambon dan Poso contohnya.
“India dan Indonesia itu, persoalannya hampir sama. Bibit-bibit kekerasan berbasis identitas atau ras tidak pernah benar-benar selesai. Jadi pemerintah harus bersikap hati-hati,” sebutnya.
Untuk penyelesaian konflik di India, Zulkhair berharap pemerintah Indonesia mengambil langkah cepat mendesak India. Terlebih, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
“Pemerintah bersama ormas agama harus segera mengeluarkan imbauan, agar masyarakat bisa menahan diri. Selain itu, melalui Kementerian Luar Negeri dan organisasi multilateral, meminta India menyelesaikan masalah itu dengan damai,” tutupnya. (MG03)