Beritaindonesia.id — Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok memasuki babak baru. Presiden AS, Donald Trump, terus berusaha memojokkan Tiongkok. Terbaru, Trump meyakini bahwa Tiongkok akan melakukan pelbagai upaya agar dirinya kalah dalam pemilihan presiden yang direncanakan digelar pada 3 November 2020. Dengan kata lain, Tiongkok tak ingin Trump kembali menjadi presiden.
Dalam wawancara dengan Reuters seperti dilansir dari AsiaOne, Trump mengatakan dirinya percaya penanganan wabah Covid-19 di Tiongkok adalah bukti bahwa mereka akan melakukan apa pun untuk membuatnya kehilangan kesempatan menang dalam pemilihan presiden 2020. Menurutnya, Tiongkok sengaja menutupi langkah penanganan di negaranya yang mulai menurun. Sementara, AS masih menjadi negara terparah terpapar Covid-19.
Trump menyebut terkait konsekuensi untuk Tiongkok terkait virus Korona, dirinya mengaku bisa melakukan banyak hal. Trump sendiri mengatakan bahwa Tiongkok harus bertanggung jawab atas wabah Covid-19 yang telah menewaskan 67 ribu lebih warga AS. Sejauh ini 1.158.881 warga AS telah terinfeksi virus tersebut.
Hal itu membuat ekonomi di AS mengalami resesi yang cukup dalam. Tak pelak, itu membahayakan kesempatan dirinya untuk kembali menjadi presiden AS.
Trump sendiri menolak dituduh tidak bertindak cukup dini untuk mempersiapkan AS dalam menangani penyebaran Covid-19. Dia justru mengatakan bahwa Tiongkok terlambat memperingatkan dunia tentang wabah mematikan virus Korona.
“Tiongkok akan melakukan apa saja untuk membuat saya kalah dalam pemilihan presiden AS 2020,” sebut Trump. Trump menambahkan dirinya yakin Tiongkok menginginkan pesaingnya, Joe Biden, untuk memenangkan pilpres karena bisa meredakan tekanan yang diberikan Trump pada Tiongkok terkait perdagangan dan masalah lainnya.
“Mereka (pejabat Tiongkok) terus-menerus menggunakan hubungan masyarakat untuk mencoba membuatnya seolah-olah mereka adalah pihak yang tidak bersalah,” imbuh Trump.
Seorang pejabat senior administrasi Trump, yang enggan disebut namanya, mengatakan bahwa “gencatan senjata” perang kata-kata yang sebelumnya disetujui Trump dan Xi Jinping melalui telepon pada akhir Maret tampaknya sudah berakhir. Trump dan para pembantunya telah meningkatkan retorika anti-Tiongkok. (JPC)