Beritaindonesia.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pandeglang menyayangkan kembali munculnya aliran Hakekok di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Padahal mereka sudah dilakukan pembinaan ketika dinyatakan menyimpang beberapa tahun silam.
“Ya, memang sudah menyimpang. Kami sangat menyayangkan,” kata Ketua MUI Pandeglang KH Tubagus Hamdi Maani, kemarin.
MUI menilai ajaran itu jelas menyimpang dari Islam karena melakoni ritual mandi bersama belasan pengikutnya tanpa busana. “Memang aliran hakekok itu sudah lama adanya. Sudah Dibina oleh MUI dan kiyai setempat. Udah baik dan kondusif, dan sekarang malah kumat lagi secara sembunyi-bunyi,” jelasnya.
Hamdi menegaskan, MUI akan melakukan tindakan persuasif bersama jajaran terkait untuk memberikan pembinaan terhadap para kelompok tersebut. “Nanti kami kerja sama dengan Bakorpakem (Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat), karena kasus itu menjadi tugas bersama,” terangnya
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) telah menerjunkan Penyuluh Agama Islam (PAI) untuk mengedukasi penganut ‘Hakekok Balakasuta’, di Pandeglang, Banten.
“Saya bersama teman-teman penyuluh lainnya sudah ke lokasi, melihat langsung bagaimana kondisinya,” kata Penyuluh Agama Ciegeulis Kabupaten Pandeglang Mahli Yudin melalui sambungan selular.
Sebelumnya, beredar kabar sekelompok warga yang diketahui tergabung dalam pengikut ‘Hakekok Balakasuta’ melakukan ritual bugil hingga akhirnya viral di media sosial (medsos). Hal ini juga mengejutkan warga Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang diketahui menjadi tempat berlangsungnya ritual tersebut.
“Kepolisian telah mengamankan 16 orang pengikut aliran Hakekok Balakasuta tersebuEnam belas orang yang melakukan ritual tersebut diantaranya lima perempuan dewasa, delapan laki-laki, dan tiga anak-anak. Ritual Hakekok itu dilakukan di penampuangan air PT GAL, di tengah perkebunan kelapa sawit di Desa Karangbolong,” jelas Mahli Yudin.
Ia menjelaskan, kegiatan ritual tersebut baru dilaksanakan satu kali, dengan tujuan membersihkan diri dari segala dosa dan menjadikan diri lebih baik. Aliran tersebut mengadopsi dari ajaran Hakekok yang di bawa oleh almarhum Abah Edi, dan diteruskan oleh Arya dengan ajaran Balaka Suta Pimpinan Abah Surya Leuweng Kolot.
“Ke depan kami (penyuluh agama) juga kan melibatkan tokoh agama setempat untuk memberikan pembinaan secara keagamaan dan pendekatan secara kultur budaya terhadap penganut aliran ini,” ungkap Mahli Yudin.
Aliran Hakekok, menurut Mahli sudah lama muncul di Pandeglang Banten. Aliran ini pernah dikembangkan di padepokan atau majelis zikir di Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang.
“Aliran Hakekok ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2009, waktu itu sampai membuat keresahan warga yang secara spontan langsung melakukan pembakaran padepokan tempat aliran itu. Kami terus berupaya memantau agar hal itu tidak terjadi lagi,” paparnya.
Mahli Yudin pun menyampaikan saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, pemerintah kabupaten, tokoh agama, dan lainnya untuk memastikan tidak terjadi keributan dan tindakan main hakim sendiri.
“Dan kami juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian, pemerintah kabupaten, tokoh agama, dan lainnya, untuk memastikan agar tidak terjadi keributan, dan tindakan main hakim sendiri,” ungkapnya [ind]